JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN KUNO DI SELAT BANGKA SEBAGAI LETAK STRATEGIS BERKEMBANGNYA KEKUASAAN MARITIM SRIWIJAYA ABAD VII-VIII MASEHI

  • Kabib Sholeh Universitas PGRI Palembang, Indonesia
  • Widya Novita Sari Universitas PGRI Palembang, Indonesia
  • Lisa Berliani Universitas PGRI Palembang, Indonesia
Keywords: Selat Bangka, jalur pelayaran, perdagangan Sriwijaya

Abstract

Pulau Bangka merupakan wilayah kepulauan yang terletak di sebelah Timur Palembang. Kepulauan Bangka sudah dikenal pada masa kuno sebagai wilayah yang strategis pada jalur pelayaran perdagangan kuno masa Sriwijaya abad VII-VIII Masehi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis jalur pelayaran perdagangan kuno di selat Bangka, menganalisis relevansi perkembangan maritim Sriwijaya terhadap Selat Bangka. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sejarah (historis), dengan pendekatan multi aproac yang terdiri dari politikologis, ekonomologis dan sosiologis.  Adapun langkah-langkahnya adalah heuristic atau pengumpulan sumber, verifikasi sumber,  interpretasi dan historiografi. Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan besar yang berkuasa di laut. Selat Bangka menjadi tempat yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan masa Sriwijaya. Tempat yang strategis bagi para pedagang asing dari Arab, India dan Cina yang melalui jalur selat Bangka maka secara tidak langsung para pedagang tersebut akan mampir terlebih dahulu di pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya. Sriwijaya berkuasa akan wilayah Selat Bangka sekaligus berperan dalam keamanan para pedagang yang melewati Selat Bangka. Dengan kekuatan maritim yang ada, raja Sriwijaya juga mengerahkan para tentaranya untuk mengamankan wilayah tersebut. Selain sebagai kebijakan politik, Selat Bangka sangat penting untuk perluasan kekuasaan Sriwijaya.

References

Geria, I Made. 2017. Rumah Peradaban Kedatuan Sriwijaya Perjalanan Suci. Jakarta: kemdikbud Bada Penelitian
dan Pengembangan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Irfan, Nia Kurnia Sholihat.1983. Kerajaan Sriwijaya. Jakarta: Girimukti Pasaka.

Kartiwa, Suwati. 2009. Kain Cual Bangka. Jakarta: Direktur Jenderal Kebudayaan.

Novita, Aryandini. 2013. Indentifikasi Kapal dari Situs Karangkijan Kabupaten Belitung. (Jurnal Siddhayatra, Vol. 18 No 1. Mei 2013) Balai Arkeologi.

Poesponegoro, Marwati Djoened, Nugroho Notosusonto. 1990.Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Sholeh, Kabib. 2015. Kemaritiman Sriwijaya dan Perdagangan Muslim Palembang abad VII-IX Masehi. Palembang: Noer Fikri.

Sholeh, Kabib, 2017. Jalur Pelayaran dan Perdagangan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi. (Jurnal Sidhayatra, Vol. 22 No. 2. November 2017) Balai Arkeologi Sumatera Selatan.

Sholeh, Kabib, 2018. Pelayaran Perdagangan Sriwijaya dan Hubungan dengan Negeri-negeri luar abad VII-IX Masehi. (Jurnal Historia, Vol. 6 No. 2. Agustus 2018) Univ. Muhamadiyyah Metro.

Styawari. 1978.Pra Seminar Penelitian Sriwijaya. Jakarta: PT Rora Karya.

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Syamsudin, Helius. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Jalan Pintu Satu, Direktorat Jenderal Dikti Depdikbud.

Tim Penelitian Arkeologi Palembang. 1992.Himpunan Hasil Penelitian Arkeologi di Palembang tahun 1984-1992. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Depdikbud.

Wiyana, Budi. 2013. Peran Sungai Buding pada Jalur Perdagangan Masa Lalu. (Jurnal Sidhayatra, Vol. 18 No. 2. November 2013) Balai Arkeologi Palembang.

Wiyana, Budi. 2014. Hubungan Perdagangan antara Pantai Timur Sumatera Selatan. (Jurnal Sidhayatra, Vol. 19 No. 2. November 2014) Balai Arkeologi Palembang.

Woltes, O, W. 2011. Kemaharajaan Maritim Sriwijaya dan Perniagaan Dunia Abad III – Abad VII. Jakarta: Komunitas Bambu.
Published
2019-01-29
How to Cite
Sholeh, K., Sari, W., & Berliani, L. (2019). JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN KUNO DI SELAT BANGKA SEBAGAI LETAK STRATEGIS BERKEMBANGNYA KEKUASAAN MARITIM SRIWIJAYA ABAD VII-VIII MASEHI. SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Kajian Sejarah, 1(1), 25-34. https://doi.org/https://doi.org/10.31540/sdg.v1i1.197