Pelatihan Pengucapan dan Pengejaan Bahasa Inggris: Spelling Bee For Beginners di SD Negeri 61 Lubuklinggau

  • Ardayati Ardayati Universitas PGRI Silampari
  • Maria Ramasari Universitas PGRI Silampari
Keywords: Pelatihan, Pengucapan dan Pengejaan, spelling bee for beginners

Abstract

Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan Pengucapan Bahasa Inggris siswa di SD Negeri 61 Lubuklinggau. Yang menjadi dasar terlaksananya kegiatan ini adalah peserta kegiatan sebagai objek PKM sedang berada di usia emas sebagai sasaran yang tepat untuk mempelajari bahasa. Diusia emas atau golden age, siswa tingkat sekolah dasar dapat lebih cepat menyerap materi bahasa Inggris terutama secara lisan. Siswa kelas II dan III dipilih menjadi sasaran. Karakteristik siswa direntang usia 7 sampai dengan 9 tahun dikategorikan pada masa anak cemerlang dalam mempelajari bahasa dengan semua metode. Selanjutnya, perkembangan digitalisasi yang dengan cepat masuk disemua elemen masyarakat termasuk pendidikan. Yang mana, semuanya menggunakan bahasa Inggris. Tuntutan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris juga menjadi alasan terpenting terhadap pelaksanaan kegiatan PKM di SD Negeri 61 Lubuklinggau. Metode pembelajaran spelling bee digunakan sebagai upaya agar siswa mampu mengucapkan dan mengeja kata dan kalimat secara tepat. Melalui kegiatan spelling bee, siswa dapat meningkatkan kecerdasan linguistik, emosional, komunikasi, dan memperkaya kreativitas dalam berimajinasi. Hasil dari pelaksanaan PKM adalah siswa mendapatkan fasilitas belajar bahasa Inggris yang berkelanjutan selama empat hari melalui kegiatan spelling bee. Peningkatan progres kemampuan siswa sangat baik, siswa memiliki rasa percaya diri untuk tampil, dan siswa juga bisa menjadi pendengar yang kritis dalam mengambil pesan dari cerita yang disampaikan.

References

Asfandiyar, Andi Yudha. 2007. Cara Pintar Mendongeng. Jakarta: Mizan.

Banister, F., & Ryan, C. (2001). Developing science concepts through spelling bee. School Science Review, 83(302), pp.75 – 83

Barrett, H. (2006). Researching and Evaluating Digital Spelling bee as a Deep Learning Tool in (C. M. Crawford, R. Carlsen, K. McFerrin, J. Price, R. Weber, & D. A. Willis, Eds.)Educational Review, 1(1), 1–8. Retrieved from http://www.helenbarrett.com/portfolios/SITESpelling bee2006.pdf (Last accessed 26th Oct 2022)

Baumeister, R. F., & Newman, L. S. (1994). How Stories Make Sense of Personal Experiences: Motives that Shape Autobiographical Narratives. Personality and Social Psychology Bulletin, 20(6), 676–690. Retrieved from http://psp.sagepub.com/content/20/6/676 (last accessed 24th Oct 2022)

Boje, D. M. (2008). Spelling bee organizations. Sage Publications Ltd, London. Retrieved from http://www.dawsonera.com/depp/reader/protected/external/AbstractView/S9780857026729 (Last accessed 26th Oct 2022)

Boje, D. M. (ed.) (2011). Spelling bee and the Future of Organizations: An Ante-narrative Handbook, Routledge, Oxford

Bruner, J. (1986). Actual Minds, Possible Worlds. Harvard University Press, London.

Bruner, J. (1990). Making Stories: Law, Literature, and Life. Harvard University Press, London.

Bruner, J. (2004). Life as Narrative, Social Research 71(3), 691–711.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kratif dan Inovatif. Jakarta: Publisher.

Holik, Abdul. (2013). Peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sudut Baca Soreang dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat di Kabupaten Bandung. Jurnal Pengabdian Masyarakat UNINUS. Vol. 3 No. I Juli 2013 (50-56).
Published
2024-06-25