VARIASI BAHASA DAN TINGKATAN SOSIAL MASYARAKAT JAWA DAN SUNDA (TINJAUAN TEORITIS DAN DESKRIPTIF TERHADAP KASUS PENGGUNAAN BAHASA DI MASYARAKAT)
Abstract
Tujuan penelitian untuk memberikan pemahaman terhadap variasi bahasa dan tingkatan sosial masyarakat Jawa dan Sunda. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya, sehingga manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dengan cara mencatat dan rekam. Hasil penelitian menjelaskan bahwa variasi bahasa yang diakibatkan dari tingkatan sosial masyarakat ini disebut variasi sosial atau sosiolek. Pembagian ragam bahasa ini dapat dilihat melalui dua segi: pertama, dari segi kebangsawanan; dan kedua, dari segi kedudukan sosial yang ditandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian yang dimiliki. Pada golongan masyarakat kelas atas (berpendidikan) dikenal pemakaian variasi bahasa lemes (istilah dalam bahasa Sunda), krama inggil/kromo madyo (istilah dalam bahasa Jawa), dan pemakaian kode terperinci; pada golongan masyarakat kelas bawah (tak berpendidikan/pendidikan rendah) dikenal pemakaian variasi bahasa kasar (istilah dalam bahasa Sunda); dan ngoko (istilah dalam bahasa Jawa) dan pemakaian kode terbatas.
References
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Hudson, RA. 1980. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press.
Kridalaksana. 1982.Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah.
Kuntjaraningrat. 1967. Pengantar Antropologi. Jakarta: Angkasa Baru.
Pateda, Mansyur. 1992. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
Rusyana, Yus. 1984. “Masalah Kedwibahasaan dalam Masyarakat Indonesia”, dalam Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.
Jurnal Perspektif Pendidikan by https://www.ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JPP is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.